13.12.12

Shots of Jogja

0 comments

Jogja never loses it's allure and enchantment.


Delman
The famous street
Night at Malioboro street
Dinner- Along the street of Malioboro
The legendary Javanese noodle in town
Old man with bicycle

Merapi- A year after eruption
The magnificent Borobudur
Borobudur
Relief
The traffic
Vredeburg Fortress

Monjali- The landmark

Souvenir
Miniature
 Too many worth visiting. Too many to see. Too many to capture :)



 

12.12.12

Baby Led Weaning: A Less Stress Feeding Method?

0 comments
"AAAAAAAAKKK anak gw ga mau makan!"

Begitu kira-kira reaksi saya saat anak saya tutup mulut disuapi. Dia mingkem serapet-rapetnya. Stres? Ya pastilah. Apalagi pas tau bahwa dia udah ketakutan duluan ngeliat sendok.

***

Hari pertama MPASI kami semua sekeluarga excited untuk ngeliat si anak makan. Selama 6 bulan Zephiryu makannya cuma melalui air susu ibunya. Hari ini, nggak peduli gimana nanti berantakannya sendok kena tepak atau makanan disembur dari mulutnya, pokoknya kami udah menunggu moment ini.

Beberapa hari si anak makan cukup terampil, walau awalnya semua yang masuk mulutnya dia lepeh [mungkin dia bingung, biasa tinggal nyedot ko sekarang disuruh mangap hehe..], tapi substansi yang dimasukkan ke mulutnya berhasil masuk kerongkongannya. Awalnya cuma saya suapi cairan jus buah. Lama kelamaan semakin hari dia makan semakin terampil, hampir setiap hari saya kasi dia buah yang berbeda-beda dengan mulai dikenalkan dengan struktur makanan yang makin pekat juga. Dari jus, ke puree encer, sampai puree kental. Mulai dari satu sendok teh, tiga sendok teh, sampai tiga sendok makan.

Si anak pun makan dengan tertib di high chair. Cuma satu kelemahannya, dia gampang bosan. Jadi kalo dia mulai pukul-pukul meja lebih baik acara makan selesai. Tunggu beberapa saat sampai dia mau lagi duduk high chair. Sampai lima hari pun kegiatan makan masih tetap sama. Zeph duduk di kursinya, disuapi.

Hingga saat itu, dia nolak duduk, kakinya  nendang-nendang kursi dan mulai merengek. Akhirnya sejak saat itu, setiap makan dia saya ajak keliling halaman rumah supaya mau mangap. Tapi ini cuma bertahan beberapa hari. Di hari ke sepuluh dia nggak mau mangap sama sekali, bahkan ngeliat sendok pun dia mau nangis. Sedih...

***

Saya browsing semua artikel tentang gerakan tutup mulut pada anak dan akhirnya ketemu tentang BLW- baby led weaning. Sebenarnya udah lama saya tau metode makan ini, tapi nggak saya terapkan ke anak saya, ya karena saya sendiri yang ketakutan. Pernah, waktu itu saya kasi anak saya makan mangga yang dia pegang sendiri, dia memang bisa gigit, tapi habis itu dia langsung muntah karena kelolotan. Padahal ternyata itu justru mekanisme pertahanan tubuh dia untuk keselamatan dirinya sendiri supaya makanan yang terlalu besar dan kasar nggak masuk ke sistem pernapasannya, namanya gag reflex. Saya sendiri yang meragukan kemampuan anak saya. Akhirnya saya baca semua "ilmu" BLW, dari sini saya yakin bahwa bayi itu pintar, mereka punya kemampuan untuk menggigit, mengunyah dan menelan. Berbekal sharing dari dari teman saya yang sukses ber-BLW juga jadi dorongan kuat untuk memulai metode ini. Sepertinya ini satu-satunya cara supaya si anak tertarik pada makanan.

Hari pertama
Alpukat mentega. Matangnya udah pas, nggak terlalu lembek dan udah nggak getir. Hasil, diremes-remes aja sama dia tuh.

Hari kedua
Wortel, dijilat-jilat. Pir kukus, digigit, trus dilepeh. Sabaaarr... Saabarr...

Hari ketiga sampai kelima
Semua cara saya coba dari setel musik pas dia makan, pindah tempat makan supaya suasana beda, bercanda, ajak ngobrol, apa aja deh dicoba. Konsultasi, sharing, curcol, apa pun namanya, semua saya jalani, blessed those who listened and advised :). Saya kembali ke cara "waktu makan, ya makan". Artinya, saya kembali menempatkan si anak di kursinya saat makan, walaupun sebelumnya saya juga coba cara makan sambil jalan-jalan. Ternyata cara tetap duduk ini yang menurut saya paling bagus untuk menerapkan disiplin pada anak soal tertib makan. Susah awalnya, tapi buntutnya akan lebih repot kalau anak dibiasakan makan sambil jalan-jalan, kata beberapa teman saya. Lagipula, dengan duduk tegak, anak akan lebih punya kontrol terhadap makanannya di mulut, jadi mengurangi resiko tersendak.
Pisang, tomat, semangka, brokoli, selada, semua saya tawarin ke dia. Banyak kemajuan dari hari ke hari, dari cara dia menggenggam makanan, masukin makanan ke mulut dan menggigit, tapi masih suka dilepeh. Bleh. Tapi saya yakin kalo dia tetap bisa merasakan rasa makanan dari sarinya yang diemut-emut.

Hari keenam
Kentang, brokoli, wortel. Awalnya si anak kayak malas memegang makanan. Saya tawarin kentang untuk dia pegang, dia mau pegang dan kentang itu digigit. Saya masih ngira dia akan lepeh gigitannya kayak biasanya, tapi ternyata... dia kunyah!! Dan makanan itu stay di mulut dia, nggak dilepeh. My Goodness, I'm crying happy tears. Setelah itu dia langsung "ngerampas" brokoli dari meja dan dimasukin ke mulutnya, nggak ketinggalan wortel. Itu di dalam mulut penuh makanan, tumpah-tumpah keluar tapi dia tetap ngunyah. Aah akhirnya Zeph benar-benar makan.

Kebayar deh stres berhari-hari mikirin makan si anak :')

Zeph dari cuek sampai kenyang [atau bosan?]


Menerapkan BLW ini bukan tanpa halangan. Dari keluarga, terutama buyutnya Zeph, sangat sangsi kalau ini memang cara yang pas untuk anak belajar makan (menurut saya). "Itu makanannya cuma buat main, kebuang-buang.." atau "Anaknya mana makan itu, perutnya tetep kosong nggak keisi, mana bisa siy anak makan sendiri umur segitu"  merupakan kalimat-kalimat yang berulang kali saya dengar. Sempat down awalnya, dan kepikiran mau balik ke cara suapin dia, apalagi dia kayaknya beneran nggak makan. Lagi-lagi di sini peran anggota keluarga lain, teman dan member grup [iya, saya join grup BLW =p] jadi supporter terbesar yang selalu menguatkan saya saat stres haha. Saya juga usaha dengan cara kasi lihat video youtube anak-anak yang BLW dan print artikel-artikel terkait BLW. Terus, mereka berhenti nentang? Nggak juga, tapi seenggaknya komentar-komentar isengnya berkurang haha. Semoga mereka nanti semakin ngerti.

Sekarang, Zeph makin terampil makan. Dan dia juga makin pintar pilih makanan, mana yang dia suka, mana yang dia kurang suka. Tapi nggak mengurangi keingintahuannya terhadap makanan. "Prakteknya, apa yang dimakan orangtua, itu yang dia makan", kata seorang teman. Masih juga dia suka muntah karena berusaha mengeluarkan potongan makanan yang terlalu besar buat masuk ke kerongkongannya [kerennya si anak ketawa-ketawa aja  setiap habis muntah, like nothing happened]. Tapi itu semua proses yang harus dinikmati. Terlebih, si anak yang banyak belajar dari hasil eksplorasinya sendiri. It's priceless. Meskipun si anak belum banyak makan, saya berniat konsisten untuk menjalani BLW ini. Ya paling kendala lainnya ibunya harus ngabisin makanan anaknya yang bersisa dan rajin-rajin nyapu karena buerraaaantakan :D. So should I say baby-led weaning is a less stress method to feed your baby? Dibanding harus nangis darah karena maksa anak buka mulut? I would say yes. Semoga seterusnya begitu :)



27.11.12

Kemana Mengajak Si Kecil Bermain?

0 comments

"Play gives children a chance to practice what they are learning." -Fred Rogers


"Dunia anak adalah dunia bermain" bukan sekedar istilah. Saat anak mulai besar, kita dituntut untuk semakin kreatif dalam mengasuh dan menetapkan pola didik pada anak. Hal ini juga berlaku dalam hal mengajak bermain anak. Waktu saya kecil, tempat bermain favorit saya adalah halaman rumah. Ya, pekarangan rumah yang luas dan lapang memungkinkan saya untuk bermain sepuasnya dengan mengajak teman-teman saya. Mulai dari main sepeda, petak umpet, bentengan dan masak-masakan. Perang-perangan dan layangan (dulu teman saya kebanyakan anak laki ;p) semua di lakukan di halaman rumah. Kalau bosan ya tinggal keluar, ke lapangan dekat rumah naik sepeda. Sekarang, menemukan ruang terbuka agak sulit ya, saya suka kasihan kalau melihat anak yang main di pinggir jalan karena mereka nggak punya tempat bermain. Pikiran tentang bermain ini jadi merembet kemana-mana. Sebagai ibu baru, I want everything to be (almost) perfect, termasuk dalam hal mengajak anak bermain. Menjamurnya mall yang diklaim sebagai sarana rekreasi keluarga menurut saya kurang memberikan warna pada didikan anak. Konsumerisme, pengurangan kreatifitas  dan empati menjadi keprihatinan saya. Yah namanya juga ibu baru, masih idealis hehe.. Sambil bermain mereka belajar, ini yang akhirnya jadi alasan saya me-list beberapa tempat di sekitaran Jakarta untuk mengajak si kecil having fun.

1. Taman kota
Taman kota menjadi pilihan pertama untuk mengajak si kecil bermain. Gratis. Sebagai ruang terbuka hijau, nyaman dan sejuk, di sini si kecil bisa bebas berekspresi untuk melatih gerakan motoriknya seperti berlari dan melompat. Dia juga bisa belajar tentang lingkungan hidup dan fungsinya. Tentunya cara menerangkannya disesuaikan dengan bahasa anak. Kita bisa mengajaknya ke taman di pusat kota, seperti Taman Menteng, Situ Lembang, Taman Suropati, Taman Tomang.

2. Museum
Jangan tanya kenapa tempat ini penting, Menurut saya anak perlu dikenalkan sejarah. That's what makes us today. Tapi bukan cuma soal sejarah, di museum banyak berbagai macam koleksi yang bisa membuat si kecil tertarik, misalnya koleksi wayang di Museum Wayang, Jakarta Barat. Bisa juga ke Museum Nasional atau yang sering disebut Museum Gajah yang ada tepat kawasan monas, dan Museum Bahari di daerah Sunda Kelapa.

3. Taman Mini Indonesia Indah
Siapa yang  nggak kenal TMII? Tempat wajib kunjung anak SD ini menjadi tempat yang pas untuk anak bisa belajar kebudayaan Indonesia yang kaya. Bukan hanya anjungan daerah di Indonesia, di TMII juga ada sarana rekreasi keluarga, mainan anak-anak, museum, dan teater IMAX.

4. Kebun Binatang Ragunan
Kedengarannya klasik ya pergi ke kebun binatang, tapi di sini saya percaya anak-anak akan memperkaya pengetahuan mereka tentang satwa, tanaman dan habitatnya.

5. Ekowisata Kapuk
Ada apa di sini? Area konservasi mangrove, mengajak si kecil untuk lebih akrab dengan alam dan mencintai bumi.

6. Ancol
One stop recreation spot. Mau duduk di pantai, berenang di kolam mainan air, dicium anjing laut, lihat ikan dari akuarium raksasa, atau lihat boneka di istana boneka? Lengkap, semua bisa.

7. Setu Babakan
Di sini bukan cuma ada danau yang dijadikan pemnacingan oleh warga setempat, tapi juga merupakan kawasan pelestarian kebudayaan Betawi. Semua serba Betawi, dari arsitektur, makanan, sampai logat bahasa warganya. Kampung ini juga kerap mengadakan acara khas Betawi untuk pertunjukan, biasanya hari Sabtu atau Minggu siang.

8. Pusat kebudayaan negara asing
Menurut saya, penting mengenalkan kebudayaan asing kepada si kecil. Orang yang mengenal kenekaragaman memiliki empati yang lebih besar. Itu hipotesa saya haha! Kita bisa ajak si kecil ke Atamerica, Erasmus Huis atau Institute Francais Indonesia yang suka mengadakan acara-acara edukatif seputar kebudayaan asing.

9.Tempat pertunjukan seni
Pameran lukisan atau fotografi serta pertunjukan teater mungkin akan menjadi hal baru yang berkesan untuk si kecil. Datanglah ke Gedung Kesenian Jakarta di daerah Pasar Baru, Graha Bakti Budaya di kawasan Taman Ismail Marzuki, atau Galeri Nasional di daerah Gambir, tentunya dengan menyesuaikan dan mempertimbangkan tema pameran atau pertunjukan dengan usia anak.

10. Pasar
Ini yang terakhir tapi penting. Di sini anak dapat belajar tentang uang, jual beli dan tawar menawar. Dia dapat diajak ke pasar tradisional dekat rumah, Pasar Baru untuk pengalaman belanja dengan suasana pedestrian, ataupun berburu barang antik di Jl. Surabaya.

24.10.12

Phuket Trip #4- Coral Island

0 comments

Hari keempat di Phuket..

Agenda hari ini ke Coral Island atau yang disebut Koh Hae oleh masyarakat setempat. Paket tur sehari penuh ni harga aslinya 1200 Baht untuk dewasa, dan 800 Baht untuk anak-anak. Tebak, kami dapat harga berapa? 800 Baht per orang, harga anak-anak! Itu sama dengan Rp 240.000 [1 Baht = 300 Rupiah], murah ya haha. Di sana kami ambil paket kegiatan sea walking, sudah termasuk snorkeling mask, jaket keselamatan, kursi pantai, makan siang, snack, coffee break.

Chalong Pier
Nggak seperti tur lain yang harus berangkat jam 7:00 karena jadwal padat ke beberapa tempat, tur ke Coral Island ini agak santai, berangkat jam 8:00. Minivan sudah menjemput kami menuju Chalong Pier, salah satu dermaga besar di Phuket. Sesampainya di Coral Island pukul 9:30, kami diberi waktu bersiap-siap sesuai paket yang dipilih. Nantinya rombongan akan dikelompokkan menurut paketnya (sea walking, diving, dan water sport). Selama menunggu sampai jam 10:30, kami menikmati snack dan berganti pakaian. Di sini disediakan deposit box untuk menyimpan tas dan barang-barang berharga lainnya yang bisa disewa 50 Baht sehari penuh. Jangan lupa kunci deposit box dijadikan gelang supaya nggak kelupaan atau hilang.



Pas waktunya sea walking, kami dipanggil bang guide. Kelompok sea walking berbaris untuk diberi pengarahan. Waktu itu kalau nggak salah cuma 4 orang yang ikut sea walking. Saya dan suami regu pertama yang dijemput menuju kapal besar di tengah laut. Sesampainya di lokasi, excited! Kami diberi pengarahan lagi bahwa nanti akan turun lewat tangga di samping kapal. Lalu mereka juga menjelaskan bahasa tubuh selama di dalam laut, seperti "oke", "naik", "turun", dan "mati". Haha, nggak deng, bagian terakhir tadi bercanda. Setelah diberi pengarahan, kami diberi sepatu karet supaya kaki nggak ketusuk-tusuk coral. Sudah siap semua, akhirnya kami dipakaikan helm. Pffttt... Berat banget helmnya, ko ada bunyi psst, oh, suara oksigen dari selang, dan, lho ini ko bagian bawahnya terbuka, ga ada penutupnya, Saya panik seketika, takut air laut masuk ke helm dan saya wassalam. Ternyata nggak, tekanan udara menahan air tetap di batas leher (hukum fisika siapa gitu deh, lupa :p). Saya yang pertama masuk ke air dan semakin ke bawah lagi. Tiba-tiba telinga dalam saya sakit, panas dan perih, gendang telinga seperti mau pecah. Seketika saya membuat bahasa tubuh dengan gerakan memotong leher (saya mau mati) dan menunjuk-nunjuk telinga saya (telinga saya sakit), lalu buat gerakan jempol ke atas (minta naik). Tapi si pemandu sepertinya nggak mengerti bahasa saya, saya dadah-dadah di depan mukanya dan mengulang serangkaian bahasa tubuh tadi. Akhirnya si pemandu mengerti, lalu memencet hidungnya. Saya baru ingat, di atas tadi pemandunya bilang, kalau di bawah sini tekanan udaranya berat, kalau telinga sakit kita harus pencet hidung dan napas lewat mulut untuk menyeimbangkan tekanan di saluran THT. Akhirnya saya lakukan itu, nggak pengaruh kok ya. Saya panik lagi, minta naik aja. Tapi si pemandu tetap nggak kasih naik (ini pemandu jahat banget deh, kalau saya mati di situ kan nggak lucu). Akhirnya saya coba lagi, teliga yang kiri sudah mendingan, tapi yang kanan masih sakit.
Singkat cerita, saya sudah mulai terbiasa dengan keadaan bawah laut, suami saya sudah menyusul. Mulailah ikan-ikan seliweran di depan kami. Indaaaah! Selama sea walking ada tiang yang dipasang di dasar untuk pegangan, juga sebagai jalur sea walking. Helm ini sangat berat, ini juga yang menahan kita untuk terus menjejak dasar laut. Kadang-kadang, si pemandu yang memakai masker diving, mengajak bergantian saya dan suami jalan-jalan keluar jalur tiang itu untuk melihat coral dan ikan-ikan lainnya yang bersembunyi di bebatuan. Nggak lupa foto-foto di bawah air, untung bawa kamera underwater hehe. Setengah jam berlalu, kami naik. Karena terlalu lama di dalam air, kami menggigil ketika sampai di atas. Angin laut kencang makin membuat kami menggigil. Di situ sudah menunggu boat untuk mengantar kami kembali ke pantai. 




Sambil masih menggigil, sesampainya di pantai, kami langsung makan siang ala prasmanan. Makanannya masih halal ko.. Pengalaman sea walking tadi benar-benar membuat perut lapar. Kami makan lahap sayur kuah, tumis-tumisan, ikan bumbu asam manis, tapi karena masakan ikannya agak berbau amis, piring kedua kami nggak ambil lagi ikannya. Belum puas main air, kami memutuskan unuk snorkeling. Benar-benar sampai keling deh kulit =D. Baru setelah itu kami mandi dan bersih-bersih. Di sini disediakan kamar mandi dan kamar ganti yang bersih untuk kenyamanan pengunjung. Pemandu bilang, kami masih bisa diving, banana boat atau parasailing, tapi tambah biaya lagi per aktivitas. Tapi nggak lah, kami capek dan ngantuk, jadi sisa waktu kami pakai untuk bersantai duduk-duduk di kursi pantai, melihat ombak sambil menyeruput kopi. 


Sekitar jam 15:00, kami meninggalkan Coral Island menuju Chalong Pier di Phuket. Ini merupakan tur terakhir di Phuket, besok siang kami kembali ke Indonesia. Serangkaian tur selama di Phuket mulai dari Phi Phi Island, James Bond Island sampai Coral Island meninggalkan kesan mendalam. Saya salut dengan pemerintah Thailand yang berhasil mengelola pariwisata Thailand menjadi salah satu penunjang devisa negara. Kami sampai di hotel, saatnya menghabiskan malam di Patong. Night life di sini nggak kalah seru dari Kuta Bali. Besok, kami tinggal mencari kekurangan oleh-oleh di That's Siam, Jungceylon. Dengan ini Phuket Saga selesai, semoga satu hari nanti bisa kembali ke sini. Wonderful place :)

22.10.12

Phuket Trip #3- Phang Nga Province (3)

0 comments

[sambungan]



Perkampungan nelayan muslim
Waktunya makan! Kami menuju perkampungan nelayan muslim, Koh Pan Yee. Perkampungan ini terapung di atas air lho.. Karena penduduk kampung ini semua muslim, maka makanan yang disajikan juga halal. Saat itu menu kami adalah sup seafood, tumis sawi putih, ayam goreng, udang tepung. dan nanas. Hmm.. mirip masakan Indonesia ya, cita rasanya pun sama. Selesai makan, kami sholat di tempat yang sudah disediakan. Setelah ini  kami masih  punya 2 tempat wisata lagi yang harus dikunjungi. Semangat! Tempat pertama (setelah makan siang) adalah Suvankuhaa Temple (Monkey Cave). Kenapa monkey, ya karena di sini banyak banget monyetnya. Bang guide mengingatkan kita untuk hati-hati dengan monyet-monyet itu, mereka galak dan suka mengambil jam tangan dan barang-barang kecil lainnya. Makanya kita harus pastikan semua barang masuk tas dan tertutup aman supaya "monkey gangster" itu nggak bisa usil. Yang terkenal dari Suvankuhaa Temple ini nggak lain adalah Golden Cave yang masih terdapat di pelataran Suvankuhaa Temple, di dalamnya ada patung Budha raksasa pose tiduran yang terbuat dari emas. Meskipun di sini monyet berkeliaran di mana-mana- karena memang habitatnya, anehnya mereka nggak ada yang masuk ke dalam gua sama sekali lho. Padahal di gua nggak dipasang apapun sebagai penghalang. Nah buat kalian yang mau lihat Sang Budha, tiketnya seharga 20 Baht. Ya, tiket Golden Cave nggak termasuk harga paket tur. Kalau nggak mau bayar, ya main aja sama monyet-monyet, asalkan berani. Waktu itu saya setengah mati nunggu monyet-monyet menyingkir dari sekitar jalan menuju gua. Bukan karena takut dicopet, tapi takut dicakar atau rambut saya diacak-acak haha. Satu lagi tips bagi yang mau masuk ke gua, pakai baju yang pantas. Kalau sekiranya baju kita nggak pantas, lebih baik nggak usah masuk untuk menghormati kuil itu sendiri.


Golden Cave

Monkey Gangster
  


Serius lho ini bikin kaget setengah mati, saya kira petapa betulan


Sang Budha
Suvankuhaa Temple
Hari semakin sore, kami mulai lelah, tapi masih ada satu tempat wisata yang harus dikunjungi, kebun binatang! Sejauh pengamatan saya, kebun binatang ini nggak beda sama kebun binatang lainnya. Isinya binatang (yaiyalah). Tapi kebun binatang ini relatif kecil dibandingkan Ragunan lho, jauh lebih kecil malah. Karena kami, rombongan tur, sudah sangat lelah dan nggak menemukan sesuatu yang menarik di kebun binatang, akhirnya kami meminta bang guide untuk langsung pulang ke Patong, untung bang guide setuju. Sebenarnya, trip ke kebun binatang ini nggak ada di paket tur, tapi berhubung jalan pulang dari Monkey Temple melewati bonbin ini, rombongan kami dikasih extra :p.

Pintu masuk kebun binatang
Dan.. Pulanglah kami ke Phuket..

Hari yang sangat panjang but we had so much fun. Dalam perjalanan kembali ke hotel, kami sholat di minivan. Jadi tipsnya, bawa perlengkapan solat deh,  supaya bisa sholat di boat atau minivan. Dengan ini selesailah tur kami di Thailand hari ketiga. Besok kami harus ke Coral Island untuk sea walking! Woohooo!!

Phuket Trip #3- Phang Nga Province (2)

0 comments

[sambungan..]

Lukisan sejarah ratusan tahun
Setelah menerima tatapan aneh peserta rombongan tur (yaiyalah, telat sih..) kami lanjut ke Pulau Hong. Di sini kita bakal melewati gua-gua bebatuan stalagtit. Tapi sebelum itu kami terus menyusuri teluk Phang Nga. Eh ada yang menarik di sini, bang guide memandu kami ke salah satu tebing batu yang ada coretannya. Awalnya kami nggak tau kalau coretan ini berumur ratusan tahun. Yes, lukisan sejarah! Konon, kalau kita bisa membaca gambar-gambar itu dan menerjemahkannya kita bisa punya ilmu bicara sama... IKAN. Hebat ya. Selama ini sih belum ada yang bisa tuh. Kapal menjauh dari tebing itu, berlanjut ke Panak dan Hong Island. Kegiatan di sini adalah canoeing. Jangan takut yang nggak bisa kano karena ada guide sekaligus pendayungnya. Pertama yang kami lihat adalah terowongan mirip goa tapi lebar dan di atasnya banyak stalaktit. Ternyata ini adalah semacam gate, keluar dari situ pemandangannya lebih cihuy lagi, ada hutan mangrove, danau air asin, sama bebatuan yang berbentuk unik.

Tebing terowongan "The Gate"




"Lembu" kata mas guide, artinya sapi. Mirip ya bahasanya.

The Sexy Lady

Pig Nose- hidung babi. Kelihatan nggak?

Tiger Teeth. Hehe mirip gigi macan sih, tajam.
Silicone hill
Pelepas dahaga
Pas lagi asik-asik kano, kami papasan sama kano orang yang guidenya mirip sama Limbad :p. Sayang, fotonya buram jadi nggak bisa dipost di sini. Setelah puas keluar masuk gua-gua kecil berstalagtit (bahkan ada beberapa bagian tebing yang hanya bisa dilewati kalau kita rebahan) kami kembali ke dermaga. Di sini dermaganya adalah kapal besar. Pas lagi mengayuh kano pulang, mas guide sempat-sempatnya menunjuk ke 2 bukit kembar di kejauhan, "silicone hill" katanya sambil terkekeh. Dasar si mas guide. Setelah kami sampai di kapal dermaga baru kerasa haus banget, tapi ternyata di atas sudah tersedia minuman dingin. Asiiiikk... Masalah baru muncul, selesai sama haus eh baru sadar berasa lapar banget. Tengah hari, kami siang ke perkampungan terapung nelayan muslim, Koh Pan Yee untuk makan siang

[bersambung lagi ya ke page sebelah]





Phuket Trip #3- Phang Nga Province (1)

0 comments

Ini dia, hari ketiga agendanya ke Phang Nga Province! Paket ini kami beli seharga 1300 Baht [1 Baht ~300 Rupiah] untuk berdua, dengan harga asli 1300 Baht untuk satu orang. Jadi buy 1 get 1 deh hehe.

Jembatan Phang Nga-Phuket
Seperti biasa, kami standby di lobby hotel jam 7 pagi untuk menunggu jemputan minivan. Hari itu di Patong agak mendung, tapi mudah-mudahan nggak hujan. Perjalanan ke provinsi Phang Nga ini ditempuh hampir 2 jam. Meskipun bersebelahan, provinsi Phuket dan Phang Nga terpisah laut. Jagan kepikiran lautnya jauh, dekat ko, jadi pemerintah Thailand menyiasatinya dengan membuat jembatan antar provinsi. Waktu kami kesana, jembatan ini sedang direnovasi biar semakin bagus mengingat pariwisata Phang Nga berkembang pesat. Tujuan awal tur hari ini James Bond Island, yang terkenal karena spot ini pernah dipakai syuting untuk film agen 007 yang beken itu. Aslinya pulau ini disebut Koh Tapu (Koh: pulau, Tapu: paku) ya karena bentuk batunya seperti paku. Ada juga tebing yang miring, membentuk celah di bawahnya disebut Koh Ping Khan. Cerita-cerita dari si tour guide bikin kami nggak sabar untuk melihat langsung pulau terkenal itu.

Welcome to Phang Nga Province
Akhirnya kami sampai juga! Ternyata di Phang Nga panas, semoga terus panas karena kami nggak bawa payung haha. Kami sampai di sebuah tempat, bukan pelabuhan atau dermaga, tapi ada beberapa kapal tradisional (long tail boat) untuk mengangkut kelompok tur. Long tail boat ini digunakan karena jalur yang dilalui merupakan teluk perairan dangkal, nggak cocok pakai speeboat. Selain itu, pemandangannya cantik banget makanya pakai long tail boat biar puas memanjakan mata karena jalannya lama. Meskipun long tail boat lambat, 20 menit kami sudah sampai di James Bond Island. Bang guide memberi waktu sekitar 40 menit untuk mengitari dan melihat pulau.


Siap merapat!

Koh Tapu, landmark

Koh Ping Khan
Mari belanja
Haah! Akhirnya puas kami berfoto-foto di sekeliling pulau. Eh tapi kami nggak melihat rombongan kami, waduh, kok feeling nggak enak jangan-jangan kami ditinggal lagi. Tapi nggak lama, bang guide kelihatan dari jauh, menghampiri kami. Aah.. Aman. Ternyata belum waktunya balik ke kapal. Sebelum kembali ke kapal, kami foto-foto dulu di Koh Ping Khan, minta tolong bang guide. Selesai foto, kami jalan bertiga menuju kapal "parkir", ternyata di kapal rombongan tur sudah lengkap semua! Jadi ceritanya kami memang telat (lagi)!! Dan ketemunya kami sama si bang guide ini sebetulnya karena dia lagi cariin kami di pulau sampai ke pelosok-pelosok. :D

Hmm.. Karena tur ini masih panjang, mari kita lanjutkan ke page berikutnya. Bersambung ya..
 

La Terrasse Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos