24.10.12

Phuket Trip #4- Coral Island


Hari keempat di Phuket..

Agenda hari ini ke Coral Island atau yang disebut Koh Hae oleh masyarakat setempat. Paket tur sehari penuh ni harga aslinya 1200 Baht untuk dewasa, dan 800 Baht untuk anak-anak. Tebak, kami dapat harga berapa? 800 Baht per orang, harga anak-anak! Itu sama dengan Rp 240.000 [1 Baht = 300 Rupiah], murah ya haha. Di sana kami ambil paket kegiatan sea walking, sudah termasuk snorkeling mask, jaket keselamatan, kursi pantai, makan siang, snack, coffee break.

Chalong Pier
Nggak seperti tur lain yang harus berangkat jam 7:00 karena jadwal padat ke beberapa tempat, tur ke Coral Island ini agak santai, berangkat jam 8:00. Minivan sudah menjemput kami menuju Chalong Pier, salah satu dermaga besar di Phuket. Sesampainya di Coral Island pukul 9:30, kami diberi waktu bersiap-siap sesuai paket yang dipilih. Nantinya rombongan akan dikelompokkan menurut paketnya (sea walking, diving, dan water sport). Selama menunggu sampai jam 10:30, kami menikmati snack dan berganti pakaian. Di sini disediakan deposit box untuk menyimpan tas dan barang-barang berharga lainnya yang bisa disewa 50 Baht sehari penuh. Jangan lupa kunci deposit box dijadikan gelang supaya nggak kelupaan atau hilang.



Pas waktunya sea walking, kami dipanggil bang guide. Kelompok sea walking berbaris untuk diberi pengarahan. Waktu itu kalau nggak salah cuma 4 orang yang ikut sea walking. Saya dan suami regu pertama yang dijemput menuju kapal besar di tengah laut. Sesampainya di lokasi, excited! Kami diberi pengarahan lagi bahwa nanti akan turun lewat tangga di samping kapal. Lalu mereka juga menjelaskan bahasa tubuh selama di dalam laut, seperti "oke", "naik", "turun", dan "mati". Haha, nggak deng, bagian terakhir tadi bercanda. Setelah diberi pengarahan, kami diberi sepatu karet supaya kaki nggak ketusuk-tusuk coral. Sudah siap semua, akhirnya kami dipakaikan helm. Pffttt... Berat banget helmnya, ko ada bunyi psst, oh, suara oksigen dari selang, dan, lho ini ko bagian bawahnya terbuka, ga ada penutupnya, Saya panik seketika, takut air laut masuk ke helm dan saya wassalam. Ternyata nggak, tekanan udara menahan air tetap di batas leher (hukum fisika siapa gitu deh, lupa :p). Saya yang pertama masuk ke air dan semakin ke bawah lagi. Tiba-tiba telinga dalam saya sakit, panas dan perih, gendang telinga seperti mau pecah. Seketika saya membuat bahasa tubuh dengan gerakan memotong leher (saya mau mati) dan menunjuk-nunjuk telinga saya (telinga saya sakit), lalu buat gerakan jempol ke atas (minta naik). Tapi si pemandu sepertinya nggak mengerti bahasa saya, saya dadah-dadah di depan mukanya dan mengulang serangkaian bahasa tubuh tadi. Akhirnya si pemandu mengerti, lalu memencet hidungnya. Saya baru ingat, di atas tadi pemandunya bilang, kalau di bawah sini tekanan udaranya berat, kalau telinga sakit kita harus pencet hidung dan napas lewat mulut untuk menyeimbangkan tekanan di saluran THT. Akhirnya saya lakukan itu, nggak pengaruh kok ya. Saya panik lagi, minta naik aja. Tapi si pemandu tetap nggak kasih naik (ini pemandu jahat banget deh, kalau saya mati di situ kan nggak lucu). Akhirnya saya coba lagi, teliga yang kiri sudah mendingan, tapi yang kanan masih sakit.
Singkat cerita, saya sudah mulai terbiasa dengan keadaan bawah laut, suami saya sudah menyusul. Mulailah ikan-ikan seliweran di depan kami. Indaaaah! Selama sea walking ada tiang yang dipasang di dasar untuk pegangan, juga sebagai jalur sea walking. Helm ini sangat berat, ini juga yang menahan kita untuk terus menjejak dasar laut. Kadang-kadang, si pemandu yang memakai masker diving, mengajak bergantian saya dan suami jalan-jalan keluar jalur tiang itu untuk melihat coral dan ikan-ikan lainnya yang bersembunyi di bebatuan. Nggak lupa foto-foto di bawah air, untung bawa kamera underwater hehe. Setengah jam berlalu, kami naik. Karena terlalu lama di dalam air, kami menggigil ketika sampai di atas. Angin laut kencang makin membuat kami menggigil. Di situ sudah menunggu boat untuk mengantar kami kembali ke pantai. 




Sambil masih menggigil, sesampainya di pantai, kami langsung makan siang ala prasmanan. Makanannya masih halal ko.. Pengalaman sea walking tadi benar-benar membuat perut lapar. Kami makan lahap sayur kuah, tumis-tumisan, ikan bumbu asam manis, tapi karena masakan ikannya agak berbau amis, piring kedua kami nggak ambil lagi ikannya. Belum puas main air, kami memutuskan unuk snorkeling. Benar-benar sampai keling deh kulit =D. Baru setelah itu kami mandi dan bersih-bersih. Di sini disediakan kamar mandi dan kamar ganti yang bersih untuk kenyamanan pengunjung. Pemandu bilang, kami masih bisa diving, banana boat atau parasailing, tapi tambah biaya lagi per aktivitas. Tapi nggak lah, kami capek dan ngantuk, jadi sisa waktu kami pakai untuk bersantai duduk-duduk di kursi pantai, melihat ombak sambil menyeruput kopi. 


Sekitar jam 15:00, kami meninggalkan Coral Island menuju Chalong Pier di Phuket. Ini merupakan tur terakhir di Phuket, besok siang kami kembali ke Indonesia. Serangkaian tur selama di Phuket mulai dari Phi Phi Island, James Bond Island sampai Coral Island meninggalkan kesan mendalam. Saya salut dengan pemerintah Thailand yang berhasil mengelola pariwisata Thailand menjadi salah satu penunjang devisa negara. Kami sampai di hotel, saatnya menghabiskan malam di Patong. Night life di sini nggak kalah seru dari Kuta Bali. Besok, kami tinggal mencari kekurangan oleh-oleh di That's Siam, Jungceylon. Dengan ini Phuket Saga selesai, semoga satu hari nanti bisa kembali ke sini. Wonderful place :)

0 comments:

Post a Comment

 

La Terrasse Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos